Betrayer Jadi Band Pertama di Indonesia yang Diendorse Dean Guitars



Jakarta - Band thrash metal Jakarta pemilik hit“Bendera Kuning,” Betrayer, Rabu (11/5) siang mendapatkan kehormatan dengan disokongnya vokalis/gitaris Lilik Wardiandi dan gitaris Junjungan Baken Nainggolan oleh distributor Dean Guitars di Indonesia, Melodia Musik. Dengan demikian, Lilik dan Baken menjadi musisi pertama di Indonesia yang memperoleh endorsement dari merk gitar asal Amerika Serikat itu.

Dean Guitars memang populer di kalangan gitaris metal. Salah seorang gitaris yang mempopulerkan gitar ini adalah Dimebag Darell, gitaris dan pendiri Pantera yang tewas terbunuh pada 2004 saat tampil bersama band lainnya, Damageplan.

Roy Lefrans, Sales Manager Melodia Musik, yang siang itu secara simbolis menyerahkan dua gitar Dean kepada personel Betrayer di hadapan wartawan menyatakan bahwa Melodia Musik suka untuk bekerja sama dengan musisi metal atau underground karena mereka masih idealis dan tidak terlalu komersial.

“Ada dua hal yang membuat kami tertarik untuk mengajak Betrayer kerja sama. Pertama, Betrayer konsisten di musiknya. Kami suka melihat bagaimana mereka tetap berjuang di jalur yang mungkin tidak komersial. Kedua, mereka suka pada Dean Guitars. Sebelum kita endorse, Betrayer sudah mencintai produk itu sendiri,” kata Roy saat ditemui di kantor Melodia Musik, Jalan Sultan Iskandar Muda, Jakarta Selatan.

Lilik Wardiandi mengungkapkan hal yang senada. Vokalis yang masuk untuk menggantikan Ndaru pada era album kedua Pasukan Berani Mati (1998) itu mengaku menggunakan Dean sejak tahun 2005. “Kebetulan gitaris Betrayer yang lama, Garry (Runtunuwu), dulu sempat dari Australia bawa ke sini,” cerita Lilik yang lebih sering dipanggil Iik ini.

Begitu pula ketika Garry Runtunuwu hengkang pada 2010 silam, gitaris Betrayer baru Baken pun menggunakan gitar yang sama. “Saat Baken masuk, Baken pakai gitar Garry yang dibeli oleh [pemain bass dan pendiri Betrayer] Doddy,” imbuh Iik.

Betrayer terbentuk pada tahun 1991. Hingga saat ini mereka telah memiliki lima album studio dan sebuah album kompilasi The Best of Betrayer (2005). Album pertama Grand Voice Society (1996) dirilis secara independen dan berhasil menggaet minat perusahaan rekaman Aquarius untuk merilisnya kembali di tahun 1998 di bawah tajuk Pasukan Berani Mati, dengan menambahkan lagu “Pasukan Berani Mati” dan meniadakan “Bendera Kuning”, yang saat itu copyright-nya masih dipegang oleh Musica Studios.

Pemain bas Hendra M. Aini Yunus Doddy—nama lengkap Doddy—mengungkapkan bahwa saat ini Betrayer tengah mempersiapkan album ketujuhnya. “Album ketujuh sudah selesai. Baru tadi malam selesai mixing. Sekarang ini sudah dikirim ke Indra Q untuk di-mastering,” jelasnya.

Kemudian ia menambahkan, pada tanggal 24 Mei Betrayer rencananya akan membuat video klip untuk “Penghianat”, sebuah lagu daur ulang dari album keempat, yang telah melibatkan 28 musisi bawah tanah. Mereka di antaranya adalah Amor (Purgatory), Ucok Ngantuk (Divine), Fahmi (Mortus), Giox (Superglad), dan bahkan gitaris lama mereka Garry Runtunuwu. "Kami mau lagu itu yang dijadikan video klip. Karena pasti seru,” imbuh Doddy.

Dalam album terbaru, selain menulis lirik sendiri, Doddy menyerahkan tugas itu kepada Iik dan juga Baken. Namun, ia tetap tegas untuk menjaga agar benang merah Betrayer dari album-album terdahulu tidak terputus. “Kalau membawakan lagu lama, gue masih suka ngomel karena karakternya jadi beda. Maka di album baru ini gue paksakan kepada anak-anak untuk mengetahui benang merah Betrayer. Awalnya mereka merasa kurang puas, tapi setelah jadi mereka tidak complain. Benang merah Betrayer itu warnanya oldschool. Terdengar dari scale-nya,” ujar sang pemain bas kelahiran tahun 1975 itu.

Dengan masuknya dua personel muda ke dalam tubuh Betrayer, Baken dan pemain drum Niko Bimantara (keduanya kelahiran tahun '80-an), Doddy merasa musik Betrayer semakin kaya atmosfer. “Jadi lebih luas. Walaupun masih di metal, tapi karena memang generasinya berbeda, cara mainnya juga beda, jadi malah lebih kaya, lebih bagus,” katanya.

Saat diminta untuk mendeskripsikan album ini, Doddy mengatakan, “Ini album Betrayer yang keras, lebih rapi, tetap ada oldschool-nya, juga ada modernnya. Oldschool mungkin dari gue dan Iik, modern dari Baken dan Niko. Dan selama ini kan gue selalu kesulitan untuk menumpahkan soal keseharian di musik metal. Nah, di lagu ‘Megalomaniac’ nanti liriknya soal keseharian.”

Hingga saat ini Betrayer belum dapat memastikan kapan album terbaru Betrayer rilis. Mereka juga belum tahu album itu akan dirilis melalui label rekaman mana. Perusahaan rekaman Aquarius yang telah merilis album mereka sampai dengan yang terakhir Revolusi (2007), diakui oleh Doddy, tidak berada dalam kondisi yang mampu untuk merilis album mereka.

“Tapi kita nggak boleh mundur. Karena kita kan juga dulu [merilis album Grand Voice Society] sendiri sebetulnya. Malah buat gue ini tantangan,” kata Doddy lagi.

Namun, Doddy juga tidak mengatakan bahwa album mendatang akan dirilis secara independen. Karena, menurutnya, saat ini ada beberapa label rekaman yang sudah meminta materi album mereka. “Sampai saat ini belum ditentukan,” tutupnya. (RS/RS)


Sumber : rollingstone indonesia

Comments